MABA, PNc—GP Ansor Kabupaten Halmahera Timur (Haltim), Jumat (04/12/2020), pukul 09.00 sampai 11.20 wit, menggelar aksi di sepanjang jalan dalam kota, Maba, ibukota Kabupaten Haltim. Puluhan massa aksi dipimpin Koordinator Lapangan (Korlap), Akbar Teka ini, menolak keras segala bentuk upaya intoleransi dan ekstrimisme, yang pada akhirnya mengundang konflik horizontal di masyarakat.
Akbar, dalam orasinya menyampaikan, Gp Ansor menolak oknum membawa-bawa simbol agama untuk memecah belah umat, serta menolak keras radikalisme demi menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
GP Ansor juga, kata Akbar, menyikapi dinamika politik kebangsaan akhir-akhir ini, yang diwarnai isu Suku, Ras, Agama dan Antargolongan (SARA), serta informasi hoax. Pada akhirnya akan memecah belah persatuan bangsa, yang terus digulirkan kelompok tertentu, seperti kasus terorisme di Sigi, Provini Sulawesi Tengah (Sulteng). Karena hal ini, lanjut Akbar, seperti video viral yang beredar di medsos, berupa seruan jihad disertai adzan, merupakan politik identitas yang sengaja dimainkan untuk merongrong dan mengancan NKRI.
Untuk di Haltim, kata Akbar, juga termasuk kabupaten dengan populasi penduduk plural. Yakni banyak suku, adat, dan agama. Dan hal ini merupakan keragaman identitas yang harus dihargai. Untuk itu, Barisan Ansor Serba Guna (BANSER), sebagai gerakan muda Nahdatul Ulama (NU), mengajak masyarakat, agar tetap tenang, tidak terprovokasi dengan isu SARA yang sengaja digulirkan pihak atau oknum tertentu.
“Kami menyarankan kepada semua pihak untuk tetap menjaga kerukunan umat beragama, memperkuat nilai-nilai adat istiadat yang sudah tertanam sejak dahulu sesuai falsafah Fogogoru,” ucap Akbar.
Selain menyikapi situasi terkini, Gp Ansor juga mendukung sikap tegas TNI-Polri yang bertindak tegas kepada kelompok, dan organisasi yang kerap menebar narasi, dan ujaran kebencian terhadap sesama anak bangsa.
“Warga Haltim dari Sondo Sondo hingga Sowoli, menolak keras kehadiran organisasi atau kelompok sejenis di Haltim, yang berpotensi merusak persatuan.(epk/red)
Komentar