TERNATE, PNc—Sejumlah investor kakap menambah muatan saham di emiten nikel Harita Nickel, PT. Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) hingga Maret 2025. Menurut data Bloomberg, Kamis (27/03/2025), Vanguard tercatat terus mengakumulasi kepemilikan sahamnya hingga Maret 2025, dan menempati posisi ke-3 sebagai pemilik saham NCKL terbesar.
Sepanjang Maret, Vanguard sudah menimbun saham NCKL sebesar 308,63 juta lembar. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, Vanguard menambah sekitar 995,7 ribu lembar saham, yang pada periode Februari mengantongi sejumlah 307,64 juta lembar saham NCKL.
Menyusul Vanguard, Sprott Inc mengantongi saham NCKL, menambah akumulasi saham sebanyak 2,73 juta lembar. Dengan tambahan tersebut, maka saham yang dikumpulkan menjadi 14,91 juta lembar saham. Catatan tersebut juga sudah bertambah disbanding bulan Januari dengan kepemilikan 10,92 juta lembar saham.
Selanjutnya, Dimensional Fund Advisor LP yang sejak November 2024 terus mengakumulasi kepemilikan sahamnya di NCKL. Hingga Maret 2025, Dimensional Fund memiliki saham NCKL sebanyak 6,9 juta lembar, setelah menambah 870 ribu lembar jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Sementara BlackRock Inc, masih mempertahankan kepemilikan saham NCKL sekitar 5 juta lembar sepanjang Maret 2025, tanpa menambah maupun mengurangi sejak Oktober 2024.
Dari sisi performa keuangan, Harita Nickel mencatatkan laba bersih mencapai Rp6,37 triliun sepanjang 2024.Torehan laba bersih itu naik 13,53 persen jika dibandingkan laba bersih sepanjang 2023 di angka Rp5,61 triliun.
Direktur Keuangan Harita Nickel Suparsin D. Liwan mengatakan perseroannya berkomitmen untuk menjaga pertumbuhan kinerja keuangan mendatang.
“Kami akan tetap fokus menjalankan operasi secara efisien, menyelesaikan proyek yang sedang dalam masa konstruksi dan terus meningkatkan standar operasi,” kata Suparsin lewat keterangan resmi 25 Maret 2025, melansir Bisnis Indonesia.com (27/03/2025).
Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir Desember 2024, NCKL mencatatkan pendapatan sebesar Rp26,96 triliun pada 2024, naik 13,02 persen dari posisi pendapatan Rp23,85 triliun. Sebagian besar pendapatan itu berasal dari pengolahan nikel pihak ketiga dengan nilai transaksi sebesar Rp23,16 triliun.
Sementara itu, kontribusi penambangan nikel pihak berelasi sebesar Rp3,8 triliun. Sejumlah kontrak besar yang didapat NCKL berasal dari Lygend Resources & Technology Co., Ltd China, sebesar Rp14,05 triliun, Ningbo Lygend Wisdom Co. Ltd., China sebesar Rp6,07 triliun dan Glencore International AG, Swiss sebesar Rp3,03 triliun. Harita Nickel mencatat volume penjualan bijih nikel total sebesar 23,75 juta wmt (wet metric ton) kepada perusahaan afiliasi yang bergerak di bidang pengolahan dan pemurnian nikel. Sedangkan dari lini bisnis pengolahan dan pemurnian nikel, sepanjang 2024 Perseroan membukukan penjualan FeNi sebesar 126.344 ton, MHP sebesar 63.431 ton, dan produk turunan MHP berupa Nikel Sulfat (NiSo4) sebesar 38.622 ton.
Sementara itu, NCKL turut mencatatkan peningkatan beban pokok penjualan ke level Rp18,51 triliun, naik 18,84 persen dari posisi beban tahun 2023 sebesar Rp15,58 triliun.
Setelah dikurang beban, NCKL mencatatkan laba bruto sebesar Rp8,44 triliun, relatif bergerak terbatas dari posisi laba bruto tahun 2023 di level Rp8,27 triliun. Adapun, NCKL mencatat total liabilitas untuk tahun buku 2024 sebesar Rp15,79 triliun, berasal dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp5,85 triliun dan jangka panjang sebesar Rp9,94 triliun.
Di sisi lain, total aset NCKL sampai akhir 2024 mencapai Rp52,25 triliun, berasal dari aset lancar sebesar Rp13,46 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp38,78 triliun. Selain itu, NCKL mencatatkan total ekuitas untuk tahun buku 2024 sebesar Rp36,45 triliun, naik 28,40 persen dari posisi ekuitas tahun sebelumnya di angka Rp28,39 triliun.
Berdasarkan konsensus analis Bloomberg yang membahas saham NCKL, sebanyak 96 persen merekomendasikan Buy, atau sebanyak 24 analis dengan target harga Rp1.102,50, potensi return sebanyak 65,8 persen sepanjang 12 bulan.
Sisanya satu analis merekomendasikan Hold pada saham NCKL. Analis Panin Sekuritas Rizal Rafly merekomendasikan Buy saham NCKL dengan target harga Rp960. Meski begitu, pihaknya masih merekomendasikan neutral terhadap sektor komoditas, mengingat rencana pemerintah yang menaikan tarif royalti bagi sejumlah komoditas mineral, seperti nikel, tembaha, hingga emas.
“Jika perubahan [tarif] disetujui akan memberikan dampak negatif untuk performa INCO, MDKA, ANTM, NCKL, di mana emiten-emiten tersebut mempunyai bisnis utama di sektor pertambangan nikel maupun penjualan nikel olahan,” katanya.
Analis Phillip Capital Sekuritas Marvin Lievincent mempertahankan peringkat Buy NCKL dengan target harga Rp1.100, yang mewakili potensi pertumbuhan 64,18 persen.
“Target harga kami didasarkan pada analisis arus kas diskonto (DCF), menerapkan biaya rata-rata modal tertimbang (WACC) sebesar 11,21 persen. Ia juga mengatakan industri nikel sekarang menghadapi titik penting, karena posisinya sebagai landasan transisi energi bersih. Namun, tantangan menghadang , seperti persaingan geopolitik atas mineral kritis, risiko lingkungan terkait operasi pertambangan, dan hambatan teknis dalam proses penyulingan dan daur ulang.(red/bic/ist/tim)
Komentar