JAKARTA, PNc–Sultan Zainal Abidin Syah menjadi salah satu dari 10 tokoh yang dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto, Senin (10/11/2025).
Pengukuhan dan penyerahan penghargaan dilakukan langsung Presiden Prabowo Subianto di istana negara, kepada ahli waris Sultan Zainal Abidin Syah.
Untuk diketahui, Sultan Zainal Abidin Syah lahir pada 5 Agustus 1912. Ia merupakan anak dari pasangan Do Husain Do Sangaji dan Do Salma Do Yusup. Ia mengampu pendidikan di HIS Ternate tahun 1924, Mulo Batavia 1928, dan Osvia Makassar 1934.
Sultan Zainal Abidin Syah juga sempat menjadi Ambtenaar Hulp Bistuu dan Bistuur di Kota Ternate, Manokwari, dan Sorong tahun 1934-1942.
Selanjutnya, ia menjadi Kepala Kehakiman Ternate masa Pemerintahan Jepang mulai dari 1943-1944. Kemudian, pada tahun 1945, ia sempat ditawan oleh Jepang dan diasingkan ke Jailolo.
Setelah bebas, Zainal Abidin Syah diangkat menjadi Sultan Tidore pada Februari tahun 1947 hingga 1967. Adapun Sultan Zainal Abidin Syah wafat pada 4 Juli 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kapaha, Ambon.
Namun pada 11 Maret 1986, pihak keluarga Kesultanan Tidore memindahkan jasad Sultan Zainal Abidin Syah ke Kelurahan Soa-Sio Tidore dan disemayamkan di Pelataran Kedaton Kie Soa-Sio.
Sultan Zainal Abidin Syah dikenal sebagai sosok yang menolak pemisahan Irian Barat dari Indonesia, dan juga enggan bergabung dengan Belanda. Untuk itu, pada 17 Agustus 1956, Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan Provinsi Perjuangan Irian Barat dengan Ibu Kota sementara di Soa-Sio Tidore.
Keputusan tersebut diambil oleh Presiden Soekarno dengan alasan Papua serta pulau-pulau sekitarnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore sejak ratusan tahun lalu. Sultan Zainal Abidin Syah kemudian ditetapkan sebagai Gubernur Provinsi Perjuangan Irian Barat pada tanggal 23 September 1956 di Soa-Sio Tidore.
Sultan Zainal Abidin Syah diperbantukan pada Operasi Mandala di Makassar (TRIKORA) Perjuangan Pembebasan Irian Barat tahun 1962 dan dibebastugaskan 1 Juni 1963. Sultan Zainal Abidin Syah berusaha memasukkan Papua ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hingga akhirnya, pada 1 Mei 1963, Presiden Soekarno ke Tidore, tepatnya Kelurahan Soa-Sio, untuk merayakan Kemerdekaan Indonesia.(red/tim/kpc/berbagai sumber)





























Komentar