oleh

Surat Cinta Warga Untuk Bupati dan DPRD Morotai

banner

MOROTAI, PNc—Dianggap tak mampu menyelesaikan masalah yang dialami warga peternak sapi Morotai Timur (Mortim), yang sudah ditembak mati Satgas Morotai Datebi, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) dan bupati Benny Laos, dikirimi warga surat cinta.

Zulkarnai Pina, warga Desa Sangowo, Mortim, terpaksa melayangkan surat cintanya melalui akun facebook, juga diteruskan ke awak media di Morotai.  Curahan hati warga ini terkait suasana batin warga Desa Sangowo yang hewan ternaknya mereka ditembak mati Satgas Morotai Datebi beberapa waktu lalu.

banner 500x500 banner 500x500 banner 500x500

“Om-om DPRD Morotai, kapan buka masa siding. Surat cinta ini belum terbalas. Juga masih banyak surat cinta atas keluh-kesah kami terabaikan akibat urusan remeh-temeh kalian. Kalian ini DPRD, pemerintah, bukan rakyat biasa yang tidak berfaedah!,” tulis Zulkarnain dalam rilis “surat cinta”, yang disampaikan kepada koran ini, Minggu (28/06).

Berikut petikan “surat cinta”. Assalamu’alaikum Wr Wb. Mengawali penggalan surat cinta penuh ikhlas ini, saya memohonkan do’a kepada Allah SWT (Tuhan Seru Sekalian Alam), semoga tetap memberikan kesehatan dan keaffiyatan kepada kita sekalian terutama kepada Bupati dan DPRD Pulau Morotai agar tetap kuat bekerja dalam kemaslahatan masyarakat Morotai. Aamin.

Tiga Hari yang lalu, saya dan beberapa orang (masyarakat) desa Sangowo Timur sangat terkejut dengan tindakan barbarian dari tim Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang berburu di pinggir jalan raya (Jalur Sangowo-Bere-Bere). Perburuan gila-gilaan dari Satpol PP, ternyata meninggalkan pilu pada sebahagian warga. Bahwa ternyata, hewan buruan Satpol PP tidak lain dan tidak bukan adalah milik warga setempat. Betapa sangat buta, mata, hati dan juga pikiran para pemburu itu. Innalillahi Wa Inna’ilahi Raji’uun, telah berpulang ke Rahmatullah mata, hati dan pikiran para penembak jitu jarak dekat (Satpol PP).

Sirkulasi ekonomi rakyat (mayoritas) melemah, rakyat susah, dalil pembangunan entah mengarah kemana, kita (rakyat) keasyikan dengan tontonan “drama turgy” sia-sia. Namun tentu, tak mubazir bagi “mereka”.

  Suasana duka. Kehilangan hewan peliharaan bak ibu kehilangan anaknya. Bagaiman tidak, hewan (Sapi) yang dipelihara, dirawat setulus hati dan sekuat tenaga, tentu akan dengan harapan kelak dapat menjadi solusi ketika susah dan kebutuhan yang sangat penting lagi mendesak. Hanya hitungan menit, semua harapan sirna. Pemburu nampak telah lebih dulu melepas bidikan tanpa nurani.

  Zulkarnain, yang juga selaku Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Ternate itu pun berharap Agara Bupati dan DPRD tak gila Hormat,”Bupati dan DPRD Pulau Morotai yang terhormat, semoga tak gila hormat. Tuan dan tuan tuan sekalian, menghadapla kebawa, dimana kaki berpijak. Lihatla rakyatmu dengan sebijaksana mungkin, tuan. Saling lapor dan tuding diantara rakyatmu bukanlah dasar dan dalil saheh dalam kebijakanmu, tuan dan para tuan. Sebab tak boleh dianggap bejat bagi sebahagian kecilpun rakyatmu. Ataukah ini adalah bejatmu dan angkuhmu ?? yang tak perdulikan betapa bayak air mata bercucuran akibat ulahmu. Atau mungkin hanya ulah bawahan/budakmu. Astagfirullahal’adzim !!,”tulisnya

  Tidak hanya itu, dalam rilisnya juga mengatakan, bicara soal reformasi birokrasi tidak hanya soal efesiensi anggaran dan efektifitas penggunaan. Tapi, mesti juga kecerdasan dan ketepatan berpikir,”Revolusi mental mesti merubah mental yang doyan menjajah, ingin benar dan menang sendiri, angkuh, sombong dan suka-suka. Sebab itu semua adalah virus mematikan bagi peradaban masa yang akan datang,”cetusnya

  Lanjut tulisnya, Tua dan tuan-tuan sekalian yang kami hormati, beri kami (rakyatmu) belaskasihmu, berikan hak-hak kami. jangan kau jadikan hak milik pribadi untuk menambah dan memperbanyak “property” tuan dan tuan-tuan sekalian. Kini, hewan peliharaan (Sapi) kami tak dapat lagi kembali. Akibat ulah dari para pemburu bayaran yang kalian beri senjata; kata dan kokang. Bagaimana bisa begitu ?? sedangkan kami sangat bergantung padanya. Hewan itu harta satu-satunya kami. Tentu tidak akan sama, beban, lelah dan sengsara dari 2, 4, 5 bahkan 12 peluru terbidik yang keluar dan menembus kepala dan perut (Sapi), ketimbang ketika kami membesarkan ternak (Sapi) bagai anak manusia yang juga butuh cinta juga kasih sayang.

  “Sungguh teramat bajingan para pemburu gaga-gaga kapala gaya ini. Yah, benar kata nenek tua rentan yang Sapinya juga di buru, bahwa “ini ngoni pancuri”. Lalu, kalu sudah tertembak dan mati, Sapinya mau kalian bawa kemana? Ooh, mengganti isi megasen dan menambah isi kantong ternyata. Innalillahi Wa Inna’ilahi Raji’un.(lud)

banner

Komentar